Sepak Bola Nasional : Mafia Atau Juara

"Sepak bola bisa mempersatukan bangsa kalau dikelola dengan baik, jujur, adil dan dikelola orang-orang yang hatinya bersih." (Indra Sjafri)
Begitulah salah satu kalimat ungkapan dari Coach Indra Sjafri melalui akun twitter pribadinya @indra_sjafri yang secara implisit mengandung harapan besar agar sepak bola Indonesia dikelola dengan baik dan tentunya dapat menjadi ladang prestasi bagi nusantara tercinta. Bukan hanya Couch Indra saja, bahkan seluruh masyarakat Indonesia merindukan Timnas untuk mengangkat piala juara dari kejuaraan internasional mulai dari kejuaraan piala AFF Suzuki Cup, Asian Games, sampai Piala Dunia sekalipun tetap menjadi harapan semua pihak meski tentu jalannya masih sangat terjal untuk dilalui. Tapi jika semua pihak yakin dan mendukung agar Timnas menjadi juara, tidak ada yang tidak mungkin. Mungkin saja suatu saat Timnas benar-benar akan menjadi juara Piala Dunia, ajang sepak bola paling bergengsi sejagat raya. Tentunya harus ada semangat, harapan serta dukungan dari semua pihak agar harapan yang telah terlintas tak hanya lewat begitu saja namun dapat kita genggam erat dengan cara yang jujur dan adil seperti ungkapan Couch Indra.
Namun pada kenyataannya, sepak bola justru menjadi salah satu ajang unjuk kecurangan para mafia pengatur skor. Kasus pengaturan skor yang baru-baru ini mencuat ke ranah publik bukan hanya mencoreng nama baik sepak bola Indonesia, namun juga PSSI serta aparat penegak hukum yang telah kecolongan selama bertahun-tahun. Bahkan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hidayat, diduga terlibat dalam salah satu kasus pengaturan skor yang terjadi pada babak 8 besar Liga 2 2018 antara Madura FC menghadapi PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, 2 Mei 2018.
Pengaturan skor tak hanya terjadi dalam skala nasional saja. Ajang sekelas AFF Suzuki Cup pun diperkirakan menjadi salah satu kejuaraan yang tak luput dari para mafia pengatur skor.  Kekalahan Timnas Indonesia atas Malaysia pada pertandingan final AFF Suzuki Cup 2010 disebut-sebut mengandung unsur kecurangan tersebut, hingga beberapa pemain Timnas Indonesia pada masa itu dianggap terlibat di dalamnya. Meski kebenarannya masih simpang siur hingga saat ini.
Perlu, adanya perbaikan profesionalisme badan pengelola sepak bola nasional terutama PSSI agar kasus kecurangan yang tejadi di Indonesia dapat dihilangkan, sehingga potensi dan bakat generasi muda bangsa Indonesia dapat dimaksimalkan . Tak menutup kemungkinan bahwa suatu saat kita menjadi kekuatan baru dalam dunia sepak bola internasional. Namun jika para mafia tidak ditangani dengan serius bagaimana bisa sepak bola Indonesia dapat berkembang. Percuma saja kita memiliki bakat segudang, apabila dikotori tangan-tangan mafia pengatur skor. Persepakbolaan Indonesia tidak akan pernah maju selama mafia masih diberi kesempatan untuk berkeliaran.
Jika kita semua memiliki keinginan yang sama untuk Indonesia juara, maka mari kita beri dukungan serta kawal bersama jalannya kompetisi Indonesia. Kasus pengaturan skor menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk membangkitkan kesadaran fair play yang selalu digaungkan dalam setiap pertandingan. Aparat penegak hukum diharapkan segera mengusut tuntas para pelaku agar tidak terjadi kesalahan yang sama di kemudian hari. Sekarang kita hanya memiliki dua pilihan, membiarkan mafia untuk tetap bernafas bebas atau bersama-sama mengawal menuju timnas Indonesia meraih juara.
Oleh: Firman Hardianto, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang  dan Kru magang LPM Frekuensi

Comments

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta