Menjaga Kelestarian Lingkungan: Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?



Oleh: Wahyuni Tri Ernawati


Alumni BPUN Grobogan 2019, Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo  Semarang


Manusia tidak hanya menjadi satu-satunya makhluk yang menghuni bumi. Ada makhluk lain yang turut menempati bumi, sebut saja hewan, tumbuhan, dan makhluk tidak kasat mata seperti malaikat dan jin, juga turut serta hidup berdampingan bersama manusia di atas permukaan bumi. Namun, manusia lebih diberikan kelebihan daripada makhluk yang lain, baik dalam hal fisik maupun psikis (akal). Oleh sebab itu, wajar apabila manusia diamanahi Allah swt  menjadi pemimpin di bumi. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-An’am ayat 165 yang artinya, “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.”

Kata “Khalifah” dalam bahasa Arab bermakna "penerus" atau "perwakilan”. Secara umum, khalifah diartikan sebagai pemimpin. Sedangkan dalam konteks khusus berarti pengganti atau penerus Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam di muka bumi. Namun pada dasarnya, setiap manusia adalah pemimpin bagi diri mereka masing-masing, sehingga setiap individu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia dari Allah swt. Tugas dan tanggung jawab tersebut meliputi mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi, cara beriman dan beramal saleh, bekerja­sama dalam menegakkan kebenaran, dan bekerjasama dalam mene­gakkan kesabaran.


Sebagai pemimpin di bumi, manusia mempunyai andil yang besar dalam menjaga kelestarian alam. Sebab, semua aktivitas manusia berkaitan dengan lingkungan, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan demikian, tiada hari yang manusia lewatkan tanpa adanya interaksi dengan alam sekitar. Alam yang terpelihara, akan membuat hidup manusia tenteram dan jauh dari ancaman. Oleh karena itu, manusia perlu benar-benar memperhatikan kondisi alam sekitar, apakah sudah terjaga dengan baik atau  belum.

Namun, seringkali manusia lalai terhadap tugasnya. Bahkan ada beberapa di antara manusia yang menjadi subjek ‘perusak’ alam itu sendiri. Padahal,  Allah swt tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Bukannya menjaga kelestarian, mereka justru mengganggu keseimbangan alam, karena perlakuan yang seenaknya dan tanpa pikir panjang. Katakanlah, membuang sampah sembarangan, mengeruk SDA (Sumber Daya Alam) sebanyak-banyaknya, penebangan hutan secara liar, dan masih ada banyak lagi tindakan manusia yang dapat merugikan lingkungan.


Pola hidup manusia di era sekarang yang relatif acuh tak acuh dan lebih mengutamakan akomodasi daripada akibat, membuat bumi nampak semakin ‘sekarat’. Lihat saja dalam hal transportasi, rata-rata setiap anggota keluarga itu mempunyai kendaraan pribadi. Memang niatnya untuk mempermudah bepergian dan mempercepat tiba di tempat tujuan, tapi disadari atau tidak, hal tersebut justru menimbulkan banyak kerugian. Sebab, gas CO2  yang dihasilkan dari kendaraan tersebut memperparah pemanasan global dan menimbulkan polusi udara.

Coba bayangkan, jika satu kendaraan bermotor  yang dijalankan lima jam akan menghasilkan 73,8 gram CO2, lalu berapa emisi CO2 yang dikeluarkan jika dalam satu hari, satu bulan, satu tahun? Itu baru motor, bagaimana dengan kendaraan yang lain seperti mobil, bus, truk? Apakah manusia mau bumi yang ditinggalinya ini berumur tidak lama lagi? Tentu tidak bukan. Oleh sebab itu, manusia harus menyadari bahwa menjaga kelestarian lingkungan itu penting, agar bumi ini tidak ‘marah’ dengan menimbulkan berbagai bencana yang tidak diinginkan seperti tanah longsor, banjir, tsunami dan bencana lainnya.

Adapun cara untuk menjaga kelestarian lingkungan, supaya tetap asri dan dapat memberikan manfaat bagi manusia adalah menanam pohon, beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, tidak membuang sampah sembarangan, tidak boros sumber daya air dan fosil, hemat listrik, dll. Hal tersebut adalah contoh mudah untuk memulai menjaga kelestarian lingkungan. Jika tidak dimulai dari kita, lalu siapa lagi? Anak cucu kita juga berhak merasakan keindahan alam ini. Wallahu a’lam bi al-shawaab

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta