Realis itu Perlu: Belajar dari Pengalaman Ayah


Foto Pribadi (FH)

“Mendapat izin Mbah itu suatu semangat bagi Ayah, Nak”
Ucap Ayah padaku

Siang menjelang sore, aku berada di rumah sebagai hasil liburnya civitas akademika setelah semester 3 selesai. Seperti biasa, setiap libur semester aku pasti pulang. Kata Ayah, pulang adalah bagian dari menguatkan ingatan tentang Desa kecilmu,

”jangan sampai kamu terlalu lama tak pulang, atau dirimu akan asing disini”.

Kiranya seperti itu yang diucapkannya padaku. Tapi aku tahu, sebenarnya anak adalah sosok yang dirindukan Orang Tuanya manakala lama tak jumpa. Aku dan Kakakku – ya aku merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku dan Aku samasama sedang menempuh bangku Perguruan Tinggi di tempat yang berbeda. Aku di Semarang, sedangkan Kakak di Purwokerto.

Di sore itu, baru saja langit menghentikan diri dari tangisannya yang jatuh ke bumi dimana saat itu aku berpijak. Namun petir terus menggelegar yang menandakan awan saling bertabrakan menjadi musabab bunyi geledek terdengar setiap beberapa menit sekali atau mungkin lebih cepat dari itu. Ayah baru saja pulang dari tempat kerjanya.

“Tumben sekali pulang cepat Yah,” ucapku.

“Iya, memang tadi habis rapat di Kabupaten jadi cepat,” sambung Ayah.

Lantas Ayah ke kamar membersihkan dirinya dari debu-debu kota dan sekaligus mengganti pakaiannya yang sedikit basah karena gerimis tadi. Aku melanjutkan diri membantu Ibu, saat itu Ibu sibuk sekali menyiapkan jajanan untuk Pengajian malam Kamis dan kebetulan malam ini giliran rumah kami yang menjadi penyelenggara atas kegiatan rutin itu.

Selepas itu, kami duduk di ruang tengah. Beberapa saat lengang tanpa obrolan. Ayah mulai mencairkan suasana bercerita padaku – sebenarnya cerita ini sering sekali diulang-ulang tapi entah mengapa tetap saja aku sangat suka mendengarkannya.

“Dulu, Ayah kuliah itu ndak seperti kamu, Nak. Mbah itu dulu cuma Petani biasa yang tidak terlalu peduli dengan pendidikan. Ayahmu ini, dulu bisa mendapat izin Mbah itu menjadi semangat yang luar biasa. Setidaknya, Mbah dulu tidak melarang keinginan Ayah untuk kuliah,” jelasnya padaku.
“Ayah punya teman perjuangan (Didit) masa  Kuliah dulu, kami pernah pergi ke Semarang untuk mencari lowongan Kerja Ke Dikbud. Tapi ada persyaratannya, diminta buat makalah tentang perkembangan di suatu desa. Ayah ingat sekali celoteh Didit, Ah males banget kalo harus bikin makalah seperti itu sudah ndak usah mendaftar saja katanya,” begitu ceritanya dengan sangat menjiwai.

“Akhirnya kami buat kesepakatan. Sudahlah, kita ga usah terlalu idealis. Ayo kita kembali ke daerah asal kita masing-masing, kalo ada peluang kita ambil,” sambungnya masih dalam ceritanya.

“Selang berapa lama. Ayah mendaftar CPNS BKKBN di Brebes. Sekelas Kabupaten Brebes saja, dulu pendaftarnya hanya 48. Memang sangat terbuka sekali peluang disini dulu, beda dengan sekarang sudah Banyak yang berubah dari Brebes,” katanya agak merubah ekspresi.

“Ayah salah satu yang lolos, memang pada saat itu jurusan Geografi agak diunggulkan. Dan memang beberapa yang diterima banyak yang dari jurusan Geografi. Akhirnya Ayah melanjutkan seleksi di Semarang, sebelum itu kami serombongan menginap di hotel di Semarang,” lanjutnya semakin semangat.

Aku hanya mendengarkan Ayah bercerita sambil sesekali mengangguk menunjukkan ekspresi senangku akan ceritanya. 

“Ayah ndak tahu karena memang sudah membuat komitmen atau apa. Kebetulan sekali ternyata Ayah sehotel dengan Didit. Kita saling pelukan sebagai ekspresi senang bertemu sahabat yang sebelumnya telah saling buat komitmen dengan Ayah. Ternyata Ayah dan Didit satu pekerjaan yang sama,” begitu lanjutnya dengan riang.

Begitulah hidup, banyak hal-hal di luar kuasa kita terjadi. Aku belajar banyak dari Ayah, dari cerita serunya di sela-sela liburanku. Ternyata berpikir realis kadang diperlukan sebagai tata pandang kita terhadap kehidupan. Idealis perlu, tapi realis juga perlu. 

(FH)

Comments

  1. jika ingin menambah penghasilan anda setiap bulan bahkan setiap hari, mainkan sekarang juga judi bola sekarang juga disini http://216.83.47.126/

    ReplyDelete
  2. kunjungi kami untuk menggunakan jasa cargo murah, mulai dari mengirimkan mobil hingga pindahan rumah bisa kami bantu dengan harga yang ramah kantong. kunjungi kami di sini https://www.indonekargo.com/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta