Pendidikan, Solusi Pencipta Sikap Toleransi

Oleh : Firman Hardianto* 
Kader Himpunan Mahasiswa Islam dan Mahasiswa Pendidikan Fisika UIN Walisongo
ilustrasi google.com


“…, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”
(Potongan arti Surah Al Hujurat ayat 13)

Indonesia merupakan Negara demokrasi dengan berbagai keragaman di dalamnya. Mulai dari suku bangsa, agama, budaya, bahasa dan lainnya tumbuh dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika ditinjau dari sisi suku bangsa, data sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 mencatat terdapat 1.340 suku Bangsa di Indonesia. Banyaknya perbedaan tersebut menjadi sebuah potensi bagi keberlangsungan hidup Negara. Potensi yang dimaksud dapat berupa potensi baik dan buruk tergantung budaya yang tumbuh dan berkembang.


Jika dilihat potensi buruknya, beberapa kali Indonesia mengalami konflik terkait isu SARA. Peristiwa terdekat dalam kurun waktu 6 bulan terakhir yaitu pemukulan dan pengusiran warga Papua yang menyebabkan beberapa insiden berkelanjutan setelahnya. Lebih jauh setahun lalu peristiwa penistaan agama juga pernah dilakukan oleh calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), yang menyebabkan berbagai gejolak unjuk rasa dilakukan oleh penganut agama Islam. (kompas.com, 2019)

Beberapa peristiwa konflik di Indonesia merupakan salah satu realitas dari potensi buruk yang belum dapat diantisipasi. Hal inilah yang menjadi masalah yang perlu diselesaikan agar potensi buruk dari keragaman NKRI tidak tumbuh semakin lebar. 

Tentu potensi buruk yang ada dapat dinetralisir dengan menumbuhkan potensi baik dari keragaman itu sendiri. Potensi baik dari keragaman dapat muncul apabila masyarakat mampu dengan baik mengamalkan sikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang tersebar. Dengan memunculkan sikap toleransi, tentu bentuk keragaman justru akan menjadi kelebihan bagi Negara. Bahkan keragaman itu dapat menjadi daya tarik wisata jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 


Maka tugas bersama yang harus diselesaikan adalah menumbuhkan sikap toleransi. Jika ditinjau dari segi budaya, toleransi dapat tumbuh melalui pembiasaan. Masyarakat pada umumnya, harus terbiasa menekan sikap fanatisme antar golongan untuk menciptakan kondisi toleran bagi semua perbedaan. Serta pemerintah pada khususnya, harus memberi sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya bersikap toleran.

Solusi pembiasaan ini juga dapat dicapai melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, maka pada praktiknya setiap warga Negara apapun golongannya memiliki hak yang sama dalam hal pendidikan. Artinya lembaga pendidikan menjadi wadah kecil yang akan menumbuhkan sikap toleransi. 

Dalam realitas, masih banyak terjadi sikap intoleran yang berkembang di lingkup pendidikan. Bibit-bibit intoleran muncul dalam beberapa hal, seperti perbedaan jurusan IPA dan IPS, saling ejek asal daerah, dan lainnya. Inilah yang perlu diselesaikan jika Indonesia ingin meningkatkan sikap toleransi dalam masyarakat. Sebagai pemuda, pelajar adalah penerus masa depan bangsa maka pendidikan harus membentuk pemuda ideal yang siap terjun di masyarakat. 


Indonesia yang dibangun atas dasar kesatuan tentu menjadi konsekuensi bersama harus membangun sikap toleransi yang baik agar tetap kokoh berdiri. Pemerintah dan masyarakat harus mampu mengamalkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu atas keragaman yang ada. Wallahu a’lam bi ashshawwab.

Comments

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta