"Rendah Hati" Sang Illahi



Oleh :
Siti Fatimah
Mahasiswa Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo dan Kader HMI Saintek
 

Geometri diferensial adalah ilmu yang membahas tentang ruang-ruang yang differensiable atau licin. Dengan kata lain, differensiable bisa diartikan ruang-ruang yang halus, dan licin berarti tidak memiliki sudut, kalau ada sudutnya berarti kasar. Sebagai contoh, kubus. Kubus itu kasar karena tidak licin, mempunyai sudut. Begitu juga dengan suatu fungsi. Jika fungsi itu tidak ada sudutnya, maka bisa diturunkan, misalnya kurva sinus dan cosinus.

Apakah semua permukaan yang punya ruang itu berdimensi? Jika di dalamnya 3D, maka permukaannya 2D. Yang dibahas tidak hanya berdimensi 2, juga dibahas permukaan di bidang datar dengan luas infinit (infinit tidak punya ujung). Kalkulus, akan bekerja pada ruang yang tidak memiliki sudut. Ruang 2D datar itu tidak melengkung, panjangnya infinit, dan lebarnya infinit. Begitu juga dengan 1D, yaitu 1D datar dan tidak lengkung (infinit). Sekarang, datar bisa di dimensi berapapun, asalkan tidak lengkung, maka itu datar.

Ruang 3D yang licin. Analogikan kita berada di dimensi rendah. Jika kita di ruang 3D, maka bayangkan kita menjadi makhluk 4D. Kita bisa melihat bola itu melengkung, karena kita di 3D. Kalau kita di 2D, maka kita akan melihat bola seperti permukaan. Manusia 2D yang menempel dipermukaan bola, sehingga tidak bisa menyaksikan kalau bola itu lengkung. Permukaan yang kita lihat itu disebut Ruang 2D. 

 Baca Juga : Pendidikan Solusi Pencipta Sikap Toleransi

Untuk bisa melihat kelengkungan 2D, maka kita harus bisa menjadi makhluk 3D. Jika kita mau melihat kelengkungan 3D, maka kita harus menjadi 4D. kita bisa mengatakan sesuatu itu lengkung atau datar, maka kita harus melihat ke 4D. 1D bisa melengkung di 2D atau 3D. 

Ada dua pembahasan dalam Geometri Diferensial, yaitu diferensiable atau licin di dimensi berapapun, dan ada sistem koordinat di sana (ada pelabelan titik-titik di ruang itu). Supaya Fisika bisa diterapkan di ruang itu, maka harus ada bilangan sehingga membutuhkan Sistem Koordinat.  

Koordinat merupakan pemetaan terbuka. Ada dua “madzhab” pelabelan sistem koordinat. Pertama, satu titik boleh dilabeli berkali-kali. Kedua, satu titik hanya dilabeli sekali. Sedang di dalam Geometri Diferensial memakai “madzhab” yang kedua.

Pun Sang Pencipta. Tuhan itu Maha Melihat dan Mendengar. Yang biasanya kita ketahui adalah melihat mendengarnya makhluk. Tapi tanpa menggunakan cara itu, kita tidak bisa berbicara dengan sifat Tuhan atau Asma’ul Husna. 

Melihat. Melihat itu apa? Ada pantulan cahaya ke mata, berarti yang namanya melihat adalah kesatuan proses atau kesatuan fenomena dimana ada gelombang elektromagnetik datang, kemudian ditangkap oleh panca indera kita yang berupa mata (harus berupa mata). Kalau ditangkap yang lain, maka nampaknya juga yang lain.

 Gelombang elektromagnetik ditangkap oleh indera yang dinamakan mata, sebenarnya yang datang itu energi ke mata. Kemudian ada keberadaan yang mengubah energi tadi diwakilkan kepada sebuah fenomena atau peristiwa. Warna-warna kuning, merah, yang kita lihat, berarti kan bukan di luar. Yang di dalam suatu ruang, yaitu energi yang datang ke luar karena elektromagnetik gelombangnya. Kemudian otak entah bagimana caranya, misterius sekali bisa merubah gelombang elektromagnetik tadi menjadi warna. Warna itu dimana juga tidak jelas. Di dalam otak? Ya tidak begitu juga. Yang jelas, ada sebuah kesadaran. Ya berarti yang melihat itu, kesadaran tadi. 

Baca juga : Quranic Society: Masyarakat Ideal dalam Al Quran

Jika yang datang adalah gelombang longitudinal melalui udara ditangkap oleh telinga, maka kesadaran kita akan menemukan fenomena “mendengar”. Yang mendengar itu bukan bunyi, telinga. Tetapi, kesatuan proses itu tadi. Dengan singkat, ada gelombang longitudinal, kemudian ditangkap oleh saraf otak, tidak tau dimana prosesnya, tiba-tiba menemukan semacam suara, sehingga fenomena itu dinamakan mendengar.

 Lalu, apa bedanya melihat dengan mendengar? Ya tentu beda gelombang. Yang melihat, gelombang elektromagnetik, sedangkan mendengar gelombang longitudinal. 

Selanjutnya, Tuhan itu mendengar. Apakah itu gelombang longitudinal? Tuhan bisa mendengar suara hati. Bahasanya seperti itu. Tuhan juga bisa mendengar dzikirnya batu. Berarti melihatnya bukan gelombang sebagai elektromagnetik, juga bukan mata. Berarti, itu bukan melihat seperti kita melihat. 

Apa bedanya saya mengetahui isi hati atau saya mau melihat isi hati atau saya mendengar isi hati? Itu sama! Kalau dalam konteks itu, apa bedanya bashir dengan sami’? bingung bukan? Itu adalah “laisa kamislihi syaiun wahu wa sami’un bashirun…”.  Beda dengan makhluk. 

Akhirnya kita menggunakan Asma’ul Husna. Betapa Tuhan se-Maha itu, mengapa ingin menyesuaikan bahasanya dengan bahasa makhluk sehingga manusia bisa berkomunikasi? Bisa membayangkan dengan kata “melihat” dan “mendengar”. Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan lain-lain, itu sulit dibedakan, karena memang beda. 

Yang penting adalah ada data kemudian ada output. Itu merupakan bahasa yang sederhana. Tetapi kalau tidak menggunakan bahasa itu, kita tidak bisa bicara dengan makhluk. Akhirnya, ada Asma’ul Husna, itu Tuhan sedang “rendah hati”. 

Tuhan sedang “merendahkan hatinya” untuk bisa berbicara dengan makhluk. Tanpa itu, makhluk keteteran tidak bisa berinteraksi dengan Tuhan. Tuhan “merendah dan melayani” makhluk, itu berhubungan dengan cinta. Misal, orang tua mengajak ngobrol anak dengan bahasa anak-anak. 

Sama halnya dengan sistem koordinat, agar mempermudah pengerjaan. Contoh, permukaan bumi merupakan 2D sehingga harus dilabeli dengan dua bilangan, yaitu Lintang dan Bujur (L, B). Selain itu, pelabelan Sistem Koordinat Cartesius dengan dua bilangannya, yaitu x dan y (x, y).  

Jika melihat mendengarnya Tuhan berbeda dengan makhluk, maka setiap sistem koordinat bumi dengan yang lain pun juga berbeda pelabelannya. Konsekuensinya adalah Geometri Diferensial harus menggunakan “madzhab” dimana satu titik hanya bisa dilabeli satu kali.

Comments

  1. mari ikut bermian slot online disini untuk dapatkan uang hingga jutaan rupiah.

    https://wehangfire.com/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta