Kiprah Pendidikan Indonesia di Era Pandemi
Kondisi pandemi yang sampai saat ini masih eksis melanda dunia. Faktor ini tentu saja banyak mengakibatkan kesusahan dan keterbatasan. Salah satunya di bidang pendidikan. Akibatnya, seluruh sekolah dan perguruan tinggi dikampanyekan untuk belajar dari rumah masing-masing. Namun kondisi dan situasi ini memaksa kita untuk melahirkan kebiasaan baru, dalam artian proses kegiatan belajar-mengajar dikondisikan sesuai regulasi di setiap instansi dan institusi. Pada kebiasaan baru ini banyak kontradiksi yang membuat proses pembelajaran kehilangan mutu dan kualitasnya. Dengan demikian para fasilitator dituntut harus bisa mengambil langkah, improvisasi, dan alternatif untuk bisa survive selama pembelajaran dalam jaringan (daring).
baca juga : Rindu - Niswatus Shabrina
Menyikapi hal tersebut, tentu pemerintah mengambil beberapa langkah antisipatif atas dampak dari permasalahan ini. Karena dampak yang ditimbulkan bukanlah perkara yang bisa dianggap remeh, contohnya; mempengaruhi kualitas pembelajaran dan pemahaman materi pada peserta didik, kendala sinyal dan jaringan, fasilitas belajar yang tidak memadai, bahkan sampai efek psikologis pada peserta didik.
Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) sudah angkat bicara mengenai perihal ini. Nadiem Makarim mengatakan, ada dua hal yang menjadi kunci dalam solusi, yakni mitigasi krisis pembelajaran dan mitigasi krisis ekonomi di sektor pendidikan. Secara khusus beliau mengatakan ada tujuh kebijakan yang diterbitkan Kemendikbud untuk mengatasi kondisi krisis pendidikan pada masa pandemi. Tujuh kebijakan itu adalah Alokasi dana pendidikan, relaksasi dana bantuan operasional sekolah (BOS), Pemberian dana BOS afirmasi dan kinerja kepada sekolah swasta, bantuan uang kuliah tunggal (UKT), membuat konten pendidikan di TVRI, peluncuran kurikulum baru darurat (Merdeka Belajar), dan pembuatan modul pembelajaran untuk orang tua dan murid.
Dalam proses pembelajaran daring, terbagi menjadi dua macam metode pembelajaran daring yaitu Synchronous dan Asynchronous. Synchronous adalah komunikasi online langsung yang dijembatani oleh fasilitas yang tersedia, sedangkan Asynchronous adalah komunikasi tidak langsung, yang mana hanya menyediakan materi dalam mediasi yang digunakan sehingga proses pembelajaran dan pengeksekusian nya tertunda. Contoh kasusnya seperti penugasan dan memperhatikan rekaman video dari fasilitator.
Untuk menjalankan dinamika pembelajaran berlangsung, peran guru sangat vital. Adanya transformasi, improvisasi, dan tuntutan kompetensi sebagai upaya yang harus dimiliki untuk beradaptasi pada kebiasaan baru ini. Sejalan dengan adanya revolusi teknologi, guru juga dituntut memiliki sejumlah kompetensi abad 21. Pandemi ini juga memaksa para guru untuk melek teknologi. Pembelajaran daring tentu saja menggunakan piranti dan aplikasi untuk mewadahi keberlangsungan proses pembelajaran. Meskipun optimalisasi teknologi dan piranti mempermudah pembelajaran daring, namun kunci keberhasilan pembelajaran tetaplah di tangan guru karena perannya yang sentral . Dihadapkan dengan problema ini, guru diharapkan untuk lebih energik, aktif, kreatif, inovatif, dan memiliki pemikiran strategis. Menciptakan suasana belajar baru yang memastikan proses pembelajaran tetap berjalan semestinya, Karena sedikitnya interaktif membuat proses pembelajaran kurang efektif.
Perlunya dilakukan survei dan penilaian, hal tersebut untuk mengetahui data, jumlah peserta didik, dan berbagai kendala yang dialami. Tindakan ini untuk mengetahui persentase sebagai tolak ukur untuk memprioritaskan dan menyesuaikan dengan kondisi yang dialami. Survei yang dilakukan antara lain seperti : Koneksi provider yang digunakan, Perangkat yang digunakan (Seperti laptop, smartphone, dan PC), Kualitas internet saat daring, Interaksi antara guru dan peserta didik (Untuk menilai dan mensinkronisasi aktivitas mahasiswa peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran), Penyajian materi kuliah daring Untuk mengukur kualitas penyajian materi dan mediasi yang digunakan.
Terdapat fakta sisi positif dari pembelajaran daring. Yang pertama fleksibel, maksud fleksibel disini adalah kita dapat menyesuaikan dan merangkap sekaligus antara pekerjaan, urusan rumah, keluarga atau lainnya, dengan proses pembelajaran. Kemudian dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, mudah diakses, dapat mengetahui sedikit evaluasi khususnya bidang pendidikan, adanya rintisan yang berbeda, yang mana kita dapat mengkomparasikan antara tradisi sistem pembelajaran biasanya di sekolah, dan keluasan pertanyaan yang timbul sangat tinggi.
baca juga : Pengurus Baru HMI Saintek Resmi Dilantik
Adapun concern penting yang harus para guru lakukan demi menjaga resolusi dan mutu pembelajaran daring yaitu dengan cara berikut :
1. Similarity antar pekerjaan peserta didik. Hal demikian guna untuk mengecek dan mengetahui pekerjaaan peserta didik apakah plagiat atau tidak, dan juga untuk menghindari copy-paste. Maka dari itu, para pengajar memberikan penugasan dengan tulisan tangan yang diharapkan dapat meminimalisir hal tersebut.
2. Menggunakan Open Ended Problems. Ini adalah model pembelajaran atau suatu pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan permasalahan yang diformulasikan sedemikian rupa, sehingga memberikan ruang dan peluang munculnya variatif jawaban dan berbagai strategi atau cara masing-masing.
Dikutip dari edukasi kompas.com, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit (Akademisi, Pakar Teknologi Informasi, Direktur PGRI SLCC) Mengatakan ada 5 langkah strategis yang harus dilakukan sekolah pasca pandemic covid -19:
1. Lakukan peninjauan kembali terhadap target pembelajaran yang ingin dicapai, agar secara rasional selaras dengan situasi dan kondisi baru dalam new normal.
2. Identifikasi sumber daya yang perlu dimiliki dan diadakan agar tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai dengan ketersediaan sumber daya yang ada.
3. Petakan situasi dan kondisi masing-masing guru dan siswa yang harus bersiap-siap melakukan model pembelajaran baru berbasis blended learning sebagaimana dirancang.
4. Kajilah gap antara kebutuhan dan ketersediaan untuk menyusun langkah-langkah strategis dan operasional yang perlu segera dilakukan untuk menjembataninya.
5. Eksekusi langkah-langkah tersebut secara kreatif dan inovatif dengan menjalin berbagai kemitraan dengan pihak-pihak yang peduli mengenai pendidikan.
Evaluasi juga perlu dilakukan oleh pihak sekolah maupun perguruan tinggi, Sehingga untuk kedepannya sudah siap dan mengetahui arah langkah yang tepat dalam mengawal proses pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kualitas daring masih jauh dari kata eksploitasi, maka dari itu tantangan ini cukup besar. Tidak hanya sebatas edukasi, tetapi guru juga mengemban dedikasi tinggi di masa pandemi demi perkembangan dan kemajuan generasi.
baca juga : Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI
Perubahan itu pasti, sebagai individu yg terikat dengan perubahan maka manusia harus berusaha mengikuti perubahan itu bahkan klo bisa harus berdiri di depan dan memimpin perubahan
ReplyDeleteKeren... Terus berkarya, Kanda. Yakusa.
ReplyDelete