Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

 


Oleh : Muhammad Labib

(Kabid PTKP HMI Saintek 2020/2021) 

              Menyinggung sedikit realitas kehidupan manusia, yaitu sering dihadapkan oleh dinamika dan kenyataan hidup yang variatif. Dari yang sederhana hingga ke tingkatan yang kompleks. Ujian serta cobaan sudah melekat dengan kehidupan umat manusia. Ada kalanya kita bergelut dengan hal-hal yang tidak sesuai rencana dan harapan kita. Salah satu konsekuensi pernyataan iman adalah harus siap dalam menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita untuk membuktikan sejauh mana kesungguhan iman yang kita miliki. Seperti firman Allah SWT di dalam Al- Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155-156

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Yang artinya : “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepadanyalah kami kembali.”

              Manusia pada hakikatnya mempunyai potensi yang sangat luar biasa sebagai esensial untuk mencapai tujuan hidupnya yang diridhoi oleh Allah SWT. Dari banyaknya potensi yang dimiliki manusia ada satu hal sub potensi manusia yakni derivasi dari potensi qalbu yang dapat disebut sebagai potensi sabar. Sabar merupakan satu dasar dan fondasi aqidah dalam agama Islam. Kesabaran juga sebagai fondasi yang sangat berpengaruh pada sendi kehidupan manusia. Lantas bagaimana kita dalam mengambil sikap untuk meneguhkan Qalbu? Melewati ujian dan cobaan yang diberikan, sabar merupakan langkah awal kita dalam menyikapinya. Adapun formulasi yang bisa menjadi jalan pintas untuk keluar dari problema-problema yang diberikan Allah SWT sebagai bentuk ujian kepada hambanya, yaitu adalah menghadapinya dengan rasa bersyukur dan ikhlas.

Bersyukur

              Bersyukur merupakan ciri dari orang yang beriman, ketika kita bersyukur setiap kali menjalani kehidupan baik dalam kondisi lapang maupun sempit, maka di setiap rasa syukur tersebut akan menambah keimanan kita kepada Allah. Implementasi syukur dalam bentuk yang idealnya menyadarkan kita tentang pentingnya pertolongan Allah untuk itu. Tanpa pertolongan dari Allah, syukur kita kepada-Nya mungkin hanya bersifat formalitas dan verbalitas. Untuk itulah, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa kepada para umatnya untuk meminta pertolongan (i'anah) Allah agar dapat berdzikir (mengingat) kepada-Nya, mensyukuri nikmat karunia-Nya dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Demikian pula, Al-Qur'an mengajarkan doa yang senada, yakni urgensi pertolongan Allah untuk dapat bersyukur kepada-Nya. Firman Allah yang dimaksud adalah:

 رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya : “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebaikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.”

              Memohon petunjuk dan ilham dari Allah untuk dapat mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan Allah dalam ayat di atas, menunjukkan pentingnya campur tangan dan peran Allah bagi terlaksananya syukur dalam bentuknya yang sempurna, karena memang Dia-lah yang maha mengetahui bagaimana bentuk syukur dari para hamba-Nya.

              Menyadari akan keterbatasan diri, diharapkan kita sebagai manusia akan semakin sadar tentang ketergantungannya kepada Allah dan bahwa begitu besar rahmat kasih sayangnya kepada kita. Dengan demikian, stimulasi untuk bersyukur kepada-Nya akan semakin besar.

Tanpa memiliki hati yang bersyukur, hidup manusia tidak akan pernah  terasa tenang. Tidak ada beban yang lebih besar yang membuat jiwa sangat tertekan selain dari pada tindakan seseorang yang memiliki kebiasaan suka mengeluh. Sangat mudah kita tenggelam dan insecure dalam keluhan karena terlalu membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan diri, output yang sebaiknya dikeluarkan adalah dengan mensyukuri apa yang sudah Allah limpahkan. Bersyukur juga akan membuat manusia senantiasa memperbaiki dirinya.

Ikhlas

              Ikhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendalam dan dilakukan secara continue. Baik  sebelum beramal, ketika sedang beramal, maupun sesudah beramal. Hal ini dilakukan supaya amalan yang kita lakukan bernilai di hadapan Allah SWT.

              Hati yang ikhlas adalah hati yang jernih. Keikhlasan hati seseorang merupakan cerminan dari apa yang ia pikirkan dan rasakan. Tanpa ada pikiran yang jernih, pengetahuan yang baik, dan persepsi yang proporsional objektif tentu keikhlasan akan sulit untuk dicapai. Hati yang ikhlas tentu menjadi dambaan bagi setiap orang, walaupun sulit untuk mencapainya. Ikhlas dalam hal ini juga bukan hanya sekedar pasrah atau menerima apa adanya, melainkan kerelaan untuk berjuang dan menyerahkan hidup kita kepada Allah.

              Agar hati senantiasa teguh dalam keadaan ikhlas baik dalam menjalankan ibadah, menghadapi ujian, ataupun mendapatkan berbagai kesenangan yang juga ujian bagi manusia, tentu bukan proses yang instan untuk mendapatkan keikhlasan. Hal ini tentu sangat bergantung dari perspektif manusia, bagaimana mendudukkan kekuasaan Allah, dan juga menempatkan secara proporsional dengan segala bentuk masalah.

Dalam suatu riwayat hadits An Nasa’i, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan adanya kaum yang lemah di antara mereka, dengan doa mereka, dengan shalat mereka, dan dengan keikhlasan yang ada pada mereka.”             

    Bersyukur dan ikhlas sebaiknya diamalkan secara beriringan supaya memiliki koneksi supaya hati terkonstruksi positif. Usahakan maksimal jiwa dan hati kita dengan hal-hal dan harapan yang baik. Bersyukur itu mencoba menikmati apa yang Allah SWT berikan dengan rasa ikhlas yang mendalam. Karena Allah memberi kenikmatan dan cobaan sesuai porsi dan kapasitas masing-masing. Sejatinya, Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Keteraturan Alam Semesta