Mendamba Umat Terbaik dengan Spesialisasi

Oleh: Muhamad Faiz Mubarok,

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo, Ketua Umum HMI Komisariat Saintek 2021/2022

(ilustrasi google.com)

Semakin berkembang zaman semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, manusia merupakan makhluk yang bisa membangun peradaban. Tidak seperti makhluk lainnya. Terdapat suatu istilah bahwa setiap zaman ada orangnya dan setiap orang punya zamannya sendiri. Maka, setiap orang atau individu sangat perlu untuk memilih berusaha (ikhtiar) agar kehidupannya semakin baik setiap perguliran masa.

Ilmu pengetahuan yang saat ini ada merupakan cabang-cabang yang semakin bertambahnya waktu semakin banyak memunculkan cabang lainnya. Diperkirakan cabang ilmu yang ada saat ini mencapai 650 bahkan 700 cabang ilmu yang kebanyakan orang awam tidak mengetahuinya. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu itu berasal dari dua cabang ilmu besar, yakni filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi rumpum ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke cabang ilmu-ilmu sosial (the social science).

Dari tiap-tiap cabang ilmu kemudian melebarkan ranting-ranting baru. Misalkan dari fisika, berkembang menjadi fisika mekanik, fisika nuklir, hidrodinamika, dan sebagainya. Itu dari cabang ilmu alam. Sedangkan pada cabang ilmu sosial misalnya adalah antropologi yang kemudian berkembang menjadi arkeologi, linguistik, antropologi sosial dan kultural dan sebagainya. Maka, ilmu pengetahuan seiring berkembangnya zaman menjadi semakin terdiferensiasi atau terspesialisasi.

Dalam paradigma islam yang bersumber dari kitab suci Alquran, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (al-Isra’: 85) Bahwa manusia tidak diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit.

Maksudnya adalah bahwa Allah Yang Maha Mengetahui yang tahu segalanya. Sedangkan manusia hanya diberikan pengetahuan sedikit saja. Namun, dari yang diberikan dari yang sedikit itu lebih sedikit lagi orang yang tahu. Maka, mengetahui lebih banyak dari yang sedikit itu lebih baik dibandingkan dengan mengetahui sedikit dari yang sedikit. Oleh karena itu, untuk senantiasa mewujudkan peradaban manusia yang maju, diperlukan pengetahuan yang luas atau banyak dari yang diberikan oleh Allah itu.

Kemudian, apakah adanya spesialisasi pada ilmu pengetauan ini akan berdampak baik atau buruk pada kehidupan manusia selanjutnya? Lalu bagaimana islam memandang hal tersebut? Dalam buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer yang ditulis oleh Jujun S. Suriasumantri, terdapat suatu kisah lucu yang menggambarkan tentang spesialisasi ilmu pengetahuan.

Ada professor ahli burung betet bernama Dr. Polan. Dia ditanya oleh seseorang. “Prof, bagaimana cara membedakan burung betet jantan dengan burung betet betina?” kata seseorang itu. Lalu professor menjawa, “burung betet jantan memakan cacing betina dan burung betet betina memakan cacing jantan.” “lalu bagaimana cara membedakan cacing jantan dan cacing betina, Prof?”. Lalu professor menjawab lagi, “wahh.. kalau itu di luar disiplin ilmu/keahlian saya. Kamu tanyakan kepada ahli cacing kalau begitu.”

Spesialisasi ini memberikan dampak yang besar pula pada keadaan manusia. Dengan adanya spesialisasi ilmu pengetahuan memunculkan lebih banyak lapangan pekerjaan. Selain itu, orang akan semakin detail dalam memahami disiplin ilmu yang ditekuni. Aspek-aspek dalam kehidupan akan semakin baik. Misalkan dalam bidang kedokteran. Dengan semakin detail diagnosis, akan semakin baik penyembuhan pada pasien.

Namun, jika spesialisasi ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang ini tidak didasarkan pada etika dan moral yang baik, besar kemungkinan terjadi hal besar yang merugikan. Tidak hanya itu, bisa saja menimbulkan kerugian pada dunia. Maka, spesialisasi ini juga perlu didasarkan atau disandarkan pada etika dan moral yang ada.

Muslim Umat Terbaik

Umat Islam merupakan umat terbaik. Hal ini sesuai dengan hadis nabi. Maka dengan banyaknya ilmuan Islam seharusnya umat Islam benar-benar menjadi umat terbaik. Seorang muslim juga punya spesialisasi dalam ilmu pengetahuan yang ditekuni. Dengan kemampuan intelektual yang spesifik, holistik, dan komprehensif. Ilmu yang dimiliki didasarkan dan diinspirasi oleh al-Qur’an yang memuat tentang ayat-ayat kauniyah.

Jadi seorang muslim tidak hanya punya basis kelimuan yang memadai susuai dengan disiplin ilmunya, tetapi juga menyandarkan atau mendasarkan keilmuannya dengan kepatuhan kepada kebenaran yang ada dalam kitab sucinya (baca: al-Qur’an). Semoga umat Islam kembali maju, menjadi umat terbaik. Wallahu a’lam bi al-shawaab

 

Comments

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Keteraturan Alam Semesta